Untuk dapat menggambarkan perkembangan penyakit dalam waktu dan ruang secara kuantitatif maka pertama-tama penyakit perlu diukur. Dalam bahasa EPT, pengukuran penyakit tersebut disebut kuantifikasi penyakit. Artinya, penyakit diukur dalam ukuran yang benar-benar bersifat kuantitatif. Mengapa harus kuantitatif, apakah ada ukuran yang tidak kuantitatif? Menyatakan penyakit berat, sedang atau ringan adalah ukuran kualitatif. Ukuran kualitatif seperti ini bukan berarti tidak penting, tetapi tidak dapat digunakan untuk menggambarkan perkembangan penyakit.
Bukankah ukuran berat, sedang, dan ringan dapat diberikan skor sehingga menjadi kuantitatif? Misalnya ringan diberi skor 1, sedang 2, dan berat 3. Memang penyakit dapat diberi skor semacam itu, tetapi skor, meskipun merupakan angka, sebenarnya bukan merupakan ukuran yang benar-benar bersifat kuantitatif. Mengapa? Karena perbedaan antara skor 1 dengan 2 dan antara 2 dengan 3 yang sama-sama bernilai skor 1 sebenarnya merupakan angka 1 yang bernilai tidak sama. Perbedaan skor 1 antara skor 1 dengan 2 menyatakan perbedaan antara penyakit ringan dengan sedang, sedangkan perbedaan skor 1 antara skor 2 dengan 3 menyatakan perbedaan antara penyakit sedang dengan berat. Keduanya jelas berbeda, tetapi sering perbedaan ini kurang disadari karena rupa-rupanya banyak orang lebih terpikat pada angka daripada apa yang sebenarnya diwakili oleh angka tersebut.
Begitu memikatnya angka skor ini sehingga banyak orang bahkan sampai melakukan manipulasi matematika terhadapnya. Misalnya, skor dimanipulasi secara matematik dengan menggunakan rumus (sigma(n x v)/(Z x N)) x 100 untuk menghasilkan angka intensitas dalam satuan persen. Dalam manipulasi matematika ini n menyatakan jumlah satuan pengamatan yang bernilai skor tertentu, v menyatakan nilai skor satuan pengamatan, Z menyatakan nilai skor tertinggi yang ditetapkan, dan N menyatakan jumlah seluruh satuan pengamatan. Dengan menggunakan rumus ini skor diubah menjadi persen, seolah-olah sama persen jumlah tanaman sakit dibagi dengan jumlah seluruh tanaman. Padahal, sesungguhnya persen yang dihasilkan tetap merupakan skor, hanya saja kalau tadinya rentang skor misalnya berkisar 1 sampai tiga maka dengan persen rentang skor diubah menjadi 1-100. Sebuah manipulasi matematika yang jitu untuk menipu diri sendiri!!! Sebab dalam pengamatan, tidak mungkin diperoleh skor 25 kalau rentang skor 1-100 tersebut dimanipulasi dari rentang awal 1-3. Yang ada seharusnya hanya 33,33; 66,67; dan 100, masing-masing mewakili 1, 2, dan 3.
Tapi begitu pun rumus di atas terus saja mendominasi pengukuran penyakit tanaman di Indonesia, seakan-akan merupakan rumus sakti yang tidak terbantahkan. Padahal, kalau dicari rujukannya pada jurnal-jurnal penyakit tumbuhan internasional ternama, katakan misanya Phytopathology, tidak satu pun ditemukan artikel yang yang memuat rumus sakti tersebut. Jurnal-jurnal penyakit tumbuhan biasanya menggunakan ukuran insidensi penyakit (disease incidence) atau severitas penyakit (disease severity) untuk mengukur penyakit. Insidensi menyatakan jumlah satuan pengamatan yang ditemukan berpenyakit di antara seluruh satuan yang diamati, sedangkan severitas menyatakan proporsi permukaan setiap satuan pengamatan yang menunjukkan gejala penyakit. Contoh insidensi adalah jumlah kecambah yang mati karena penyakit rebah kecambah, sedangkan contoh severitas adalah persentase permukaan daun yang menunjukkan gejala bercak daun. Dengan menggunakan ukuran insidensi dan severitas ini penyakit tumbuhan menjadi benar-benar dapat dinyatakan secara kuantitatif, bukan lagi sekedar sebagai angka skor yang sebenarnya tidak bersifat kuantitatif.
Bukankah ukuran berat, sedang, dan ringan dapat diberikan skor sehingga menjadi kuantitatif? Misalnya ringan diberi skor 1, sedang 2, dan berat 3. Memang penyakit dapat diberi skor semacam itu, tetapi skor, meskipun merupakan angka, sebenarnya bukan merupakan ukuran yang benar-benar bersifat kuantitatif. Mengapa? Karena perbedaan antara skor 1 dengan 2 dan antara 2 dengan 3 yang sama-sama bernilai skor 1 sebenarnya merupakan angka 1 yang bernilai tidak sama. Perbedaan skor 1 antara skor 1 dengan 2 menyatakan perbedaan antara penyakit ringan dengan sedang, sedangkan perbedaan skor 1 antara skor 2 dengan 3 menyatakan perbedaan antara penyakit sedang dengan berat. Keduanya jelas berbeda, tetapi sering perbedaan ini kurang disadari karena rupa-rupanya banyak orang lebih terpikat pada angka daripada apa yang sebenarnya diwakili oleh angka tersebut.
Begitu memikatnya angka skor ini sehingga banyak orang bahkan sampai melakukan manipulasi matematika terhadapnya. Misalnya, skor dimanipulasi secara matematik dengan menggunakan rumus (sigma(n x v)/(Z x N)) x 100 untuk menghasilkan angka intensitas dalam satuan persen. Dalam manipulasi matematika ini n menyatakan jumlah satuan pengamatan yang bernilai skor tertentu, v menyatakan nilai skor satuan pengamatan, Z menyatakan nilai skor tertinggi yang ditetapkan, dan N menyatakan jumlah seluruh satuan pengamatan. Dengan menggunakan rumus ini skor diubah menjadi persen, seolah-olah sama persen jumlah tanaman sakit dibagi dengan jumlah seluruh tanaman. Padahal, sesungguhnya persen yang dihasilkan tetap merupakan skor, hanya saja kalau tadinya rentang skor misalnya berkisar 1 sampai tiga maka dengan persen rentang skor diubah menjadi 1-100. Sebuah manipulasi matematika yang jitu untuk menipu diri sendiri!!! Sebab dalam pengamatan, tidak mungkin diperoleh skor 25 kalau rentang skor 1-100 tersebut dimanipulasi dari rentang awal 1-3. Yang ada seharusnya hanya 33,33; 66,67; dan 100, masing-masing mewakili 1, 2, dan 3.
Tapi begitu pun rumus di atas terus saja mendominasi pengukuran penyakit tanaman di Indonesia, seakan-akan merupakan rumus sakti yang tidak terbantahkan. Padahal, kalau dicari rujukannya pada jurnal-jurnal penyakit tumbuhan internasional ternama, katakan misanya Phytopathology, tidak satu pun ditemukan artikel yang yang memuat rumus sakti tersebut. Jurnal-jurnal penyakit tumbuhan biasanya menggunakan ukuran insidensi penyakit (disease incidence) atau severitas penyakit (disease severity) untuk mengukur penyakit. Insidensi menyatakan jumlah satuan pengamatan yang ditemukan berpenyakit di antara seluruh satuan yang diamati, sedangkan severitas menyatakan proporsi permukaan setiap satuan pengamatan yang menunjukkan gejala penyakit. Contoh insidensi adalah jumlah kecambah yang mati karena penyakit rebah kecambah, sedangkan contoh severitas adalah persentase permukaan daun yang menunjukkan gejala bercak daun. Dengan menggunakan ukuran insidensi dan severitas ini penyakit tumbuhan menjadi benar-benar dapat dinyatakan secara kuantitatif, bukan lagi sekedar sebagai angka skor yang sebenarnya tidak bersifat kuantitatif.
tulisan yang bagus dan mencerahkan. bisa tidak dibuat lebih detil atau klo ada referensi yg bisa dibaca lbh lanjut spy lebih dari sekedar info??
BalasHapustrims buanyak....
Silahkan baca Konsep-konsep Dasar Epidemiologi Penyakit Tumbuhan (http://www.scribd.com/doc/82872011/04-bab02-konsep-dasar?secret_password=v3i18c13rx14ob0eucy#fullscreen)dan Dasar-dasar Memahami Aspek Kuantitatif Epidemiologi Penyakit Tumbuhan (http://www.scribd.com/doc/82872017/05-bab03-dasar-kuantitatif?secret_password=s1nnnva05yxyde6whhr#fullscreen)
BalasHapus4.Mengukur Penyakit: Bagaimana Melakukannya?
BalasHapusDua cara mengukur penyakit dengan mengunakan insidenci ciferitas penyakit dan isidenci penyakit,yaitu dengan menentukan skor penkit pada daun tanaman,batang tanaman dan buah tanaman,dimana n jumlah satuan yang diberikan skor tertentu, v adalah skor tertentu, Z adalah skor yang ditetapkan tertinggi, dan N adalah jumlah seluruh satuan yang diamati untuk diberikan skor.
4.Mengukur Penyakit: Bagaimana Melakukannya?
BalasHapusDua cara mengukur penyakit dengan mengunakan insidenci ciferitas penyakit dan isidenci penyakit,yaitu dengan menentukan skor penkit pada daun tanaman,batang tanaman dan buah tanaman,dimana n jumlah satuan yang diberikan skor tertentu, v adalah skor tertentu, Z adalah skor yang ditetapkan tertinggi, dan N adalah jumlah seluruh satuan yang diamati untuk diberikan skor.
2. Mengukur Penyakit: Bagaimana Melakukannya?
BalasHapusKita harus mengetahui cara pengukuran secara kuantitatif yaitu dengan menggunakan ukuran insidensi penyakit atau severitas penyakit untuk mengukur penyakit, sehingga kita tidak lagi lebih terpikat pada angka dari pada apa yang sebenarnya diwakili oleh angka tersebut. Dengan menggunakan ukuran insidensi dan severitas ini penyakit tumbuhan menjadi benar-benar dapat dinyatakan secara kuantitatif, bukan lagi sekedar sebagai angka skor yang sebenarnya tidak bersifat kuantitatif.
2. Mengukur Penyakit: Bagaimana Melakukannya?
BalasHapusKita harus mengetahui cara pengukuran secara kuantitatif yaitu dengan menggunakan ukuran insidensi penyakit atau severitas penyakit untuk mengukur penyakit, sehingga kita tidak lagi lebih terpikat pada angka dari pada apa yang sebenarnya diwakili oleh angka tersebut. Dengan menggunakan ukuran insidensi dan severitas ini penyakit tumbuhan menjadi benar-benar dapat dinyatakan secara kuantitatif, bukan lagi sekedar sebagai angka skor yang sebenarnya tidak bersifat kuantitatif.
Pada judul diatas terjadi kesalahan dimana tidak boleh terdapat tanda baca titik dua dengan tanda Tanya,tetapi harus berupa kalimat pernyataan. Judul yang benar seharusnya adalah cara mengukur penyakit ,mengamati perkembangan penyakit dan menganalisis perkembangan penyakit.
BalasHapusJudul diatas tersebut terjadi 2 kesalahan yang pertama pada judul tersebut tidak boleh ada tanda baca titik dua, yang kedua setiap judul tidak boleh ada tanda Tanya, karena setiap judul tersebut harus menggunakan kalimat pernyataan bukan kalimat Tanya, sehingga dalam mempelajari isi dari pada judul tersebut mudah dimengerti.
BalasHapusInsidensi menyatakan jumlah satuan pengamatan yang ditemukan berpenyakit di antara seluruh satuan yang diamati, severitas menyatakan proporsi permukaan setiap satuan pengamatan yang menunjukkan gejala penyakit.menggunakan ukuran insidensi dan severitas ini penyakit tumbuhan menjadi benar-benar dapat dinyatakan secara kuantitatif, bukan lagi sekedar sebagai angka skor yang sebenarnya tidak bersifat kuantitatif.
BalasHapusDalam bahasa EPT, pengukuran penyakit tersebut disebut kuantifikasi penyakit. Artinya, penyakit diukur dalam ukuran yang benar-benar bersifat kuantitatif. Dengan menggunakan ukuran insidensi dan severitas penyakit tumbuhan menjadi benar-benar dapat dinyatakan secara kuantitatif, bukan lagi sekedar sebagai angka skor yang sebenarnya tidak bersifat kuantitatif.
BalasHapusMenurut saya Cara yang di gunakan untuk mengukur penyakit yaitu di lihat dari kondisi tanaman yang terkena penyakit , atau dapat menggunakan tolak ukur dalam pengukuran statistic penyakit , yang dimana dapat dilihat pada akar, batang dan daun tanaman,. tergantung dari sifat jumlah kerusakan yang diakibatkan oleh pathogen atau hama terhadap organ tubuh tanaman.
BalasHapusUntuk dapat menggambarkan perkembangan penyakit dalam waktu dan ruang secara kuantitatif maka pertama-tama yang dilakukan adalah kuantifikasi penyakit. Artinya, penyakit diukur dalam ukuran yang benar-benar bersifat kuantitatif. Jangan sampai terpikat pada angka, kita harus melihat dan mengerti apa yang sebenarnya diwakili oleh angka tersebut sehingga kita tidak memanipulasi matematika terhadap angka skor tersebut.
BalasHapusUntuk dapat menggambarkan perkembangan penyakit dalam waktu dan ruang secara kuantitatif maka pertama-tama penyakit perlu diukur. pengukuran penyakit tersebut disebut kuantifikasi penyakit. Dengan menggunakan ukuran insidensi dan severitas ini penyakit tumbuhan menjadi benar-benar dapat dinyatakan secara kuantitatif, bukan lagi sekedar sebagai angka skor yang sebenarnya tidak bersifat kuantitatif.
BalasHapusKita harus mengetahui cara pengukuran secara kuantitatif yaitu dengan menggunakan ukuran insidensi penyakit atau severitas penyakit untuk mengukur penyakit, sehingga kita tidak lagi lebih terpikat pada angka dari pada apa yang sebenarnya diwakili oleh angka tersebut. Dengan menggunakan ukuran insidensi dan severitas ini penyakit tumbuhan menjadi benar-benar dapat dinyatakan secara kuantitatif, bukan lagi sekedar sebagai angka skor yang sebenarnya tidak bersifat kuantitatif.
BalasHapusPengukuran penyakit atau kuantifikasi penyakit dilakukan untuk menggambarkan perkembangan penyakit dalam waktu dan ruang secara kuantitatif. Untuk melakukan kuantifikasi penyakit digunakan ukuran yang sudah umum digunakan secara internasional yaitu menggunakan ukuran insidensi dan severitas penyakit.
BalasHapusPengukuran penyakit atau kuantifikasi penyakit bertujuan untuk menggambarkan perkembangan penyakit dalam ruang dan waktu secara kuantitatif. Untuk melakukan kuantifikasi penyakit digunakan ukuran yang sudah umum dan dikenal secara internasional yaitu ukuran insidensi dan severitas penyakit.
BalasHapusPengukuran penyakit atau kuantifikasi penyakit bertujuan untuk menggambarkan perkembangan penyakit dalam ruang dan waktu secara kuantitatif. Untuk melakukan kuantifikasi penyakit digunakan ukuran yang sudah umum dan dikenal secara internasional yaitu ukuran insidensi dan severitas penyakit.
BalasHapusPengukuran atau kuantifikasi penyakit bertujuan untuk menggambarkan perkembangan penyakit dalam ruang dan waktu. Kuantifikasi penyakit dilakukan dengan ukuran yang sudah diketahui secara umum dan internasional. Ukuran tersebut adalah ukuran insidensi dan severitas penyakit.
BalasHapusPengukuran atau kuantifikasi penyakit bertujuan untuk menggambarkan perkembangan penyakit dalam ruang dan waktu secara kuantitatif. Kuantifikasi penyakit dilakukan menggunakan ukuran yang sudah dikenal secara internasional yaitu ukuran insidensi dan severitas penyakit.
BalasHapusPengukuran penyakit atau kuantifikasi penyakit bertujuan untuk menggambarkan perkembangan penyakit dalam waktu dan ruang secara kuantitatif. Kuantifikasi penyakit dilakukan dengan menggunakan ukuran yang sudah dikenal secara internasional yaitu ukuran insidensi dan severitas penyakit.
BalasHapusPengukuran penyakit atau kuantifikasi penyakit bertujuan untuk menggambarkan perkembangan penyakit dalam waktu dan ruang secara kuantitatif. Kuantifikasi penyakit dilakukan dengan menggunakan ukuran yang sudah dikenal secara internasional yaitu ukuran insidensi dan severitas penyakit.
BalasHapusPengukuran penyakit atau kuantifikasi penyakit bertujuan untuk menggambarkan perkembangan penyakit dalam waktu dan ruang secara kuantitatif. Kuantifikasi penyakit dilakukan dengan menggunakan ukuran yang sudah dikenal secara internasional yaitu ukuran insidensi dan severitas penyakit.
BalasHapusbagaimana melakukannya? Pertama-tama kita harus mengamati penyakit yang ada pada tumbahan setiap hari sehigga kita dapat mengetahui perkembangan penyakit. Dan membuat bentuk penyakit dalam sebuah grafik dan membaginya dalam bentuk persegi sesuai dengan ukuran penyakit yang ada sehingga dengan mudah menganalisisnya.
BalasHapuscara mengukur penyakit dalam Epidemiologi Penyakit Tumbuhan, mengukur adalah mengkuantifikasi penyakit Artinya, penyakit diukur dalam ukuran yang benar-benar bersifat kuantitatif, Untuk cara mengukur maka perlu terlebih dahulu memahami skala pengukuran. Ada empat skala pengukuran, yaitu nominal, ordinal interval dan rasio
BalasHapusUntuk dapat menggambarkan perkembangan penyakit dalam waktu dan ruang secara kuantitatif maka pertama-tama yang dilakukan adalah kuantifikasi penyakit. Artinya, penyakit diukur dalam ukuran yang benar-benar bersifat kuantitatif. Jangan sampai terpikat pada angka, kita harus melihat dan mengerti apa yang sebenarnya diwakili oleh angka tersebut sehingga kita tidak memanipulasi matematika terhadap angka skor tersebut.
BalasHapuscara mengukur penyakit dalam Epidemiologi Penyakit Tumbuhan, mengukur adalah mengkuantifikasi penyakit Artinya, penyakit diukur dalam ukuran yang benar-benar bersifat kuantitatif, Untuk cara mengukur maka perlu terlebih dahulu memahami skala pengukuran. Ada empat skala pengukuran, yaitu nominal, ordinal interval dan rasio
BalasHapusEpidemiologi Penyakit Tumbuhan (EPT) merupakan ilmu yang mempelajari cara “mengukur” penyakit. Ada empat skala pengukuran, yaitu nominal, ordinal, interval, dan rasio. Apakah dalam mengukur tanaman harus menggunakan ke empat sakala ini?
BalasHapusJudul diatas tersebut terjadi 2 kesalahan yang pertama pada judul tersebut tidak boleh ada tanda baca titik dua, yang kedua setiap judul tidak boleh ada tanda Tanya, karena setiap judul tersebut harus menggunakan kalimat pernyataan bukan kalimat Tanya, sehingga dalam mempelajari isi dari pada judul tersebut mudah dimengerti.
BalasHapusMengukur penyakit dilakukan agar kita mengetahui perkembangan penyakit secara kuatitatif dan pengukuran ini dapat mengunakan skoring berupa angka untuk menentukan perbedaan penyakit tersebut sehingga skor tersebut tidak dapat dimanipulasi dengan sistem matematika karena skor ini hanya mewakili perbedaan penyakit tersebut
BalasHapusPemberian skor dalam pengukuran penyakit sebanarnya kurang tepat karena tidak bisa menggambarkan perkembangan penyakit yang sebenarnya agar lebih jelas gunakanlah ukuran Insidensi yang menyatakan jumlah satuan pengamatan yang ditemukan berpenyakit di antara seluruh satuan yang diamati, dan severitas yang menyatakan proporsi permukaan setiap satuan pengamatan yang menunjukkan gejala penyakit.
BalasHapusMenuru saya, Untuk dapat menggambarkan perkembangan penyakit dalam waktu dan ruang secara kuantitatif maka penyakit perlu diukur, pengukuran penyakit tersebut disebut kuantifikasi penyakit dan kualitatif. Kuantatif Artinya, penyakit diukur dalam ukuran yang benar-benar bersifat kuantitatif sedangkan untuk Menyatakan penyakit berat, sedang atau ringan adalah ukuran kualitatif. Mengamati dan Menganalisis Perkembangan Penyakit Tumbuhan
BalasHapusUntuk lebih jelas dan mudah dapat menggunakan ukuran insidensi penyakit (disease incidence) atau severitas penyakit (disease severity) untuk mengukur penyakit. Insidensi menyatakan jumlah satuan pengamatan yang ditemukan berpenyakit di antara seluruh satuan yang diamati, sedangkan severitas menyatakan proporsi permukaan setiap satuan pengamatan yang menunjukkan gejala penyakit.
BalasHapusMenurut saya, kita harus memahami skalah pengukuran yang harus di gunakan misalnya nominal, ordinal, interval, dan rasio. Jangan sampai skalah pengukuran yang di gunakan kurang tepat sehingga memalukan kesalahan yang tidak masuk akal, dan kita tidak perna menyadari itu semua bahwa kita telah melakukan kesalahan, maka dari itu kita harus merubah kebiasaan dan pola pikir kita yaitu belajar dengan cara yang benar.
BalasHapusMenurut saya Untuk mengukur penyakit perlu di ketahui rumus yang harus digunakan secara benar,mengetahui jumlah populasi yang terkena penyakit,mengetahui luas lahan yang di gunakan,sehingga dalam mengukur kita dapat mengetahui presentase penyakit dengan benar,dapat menganalisa pekembangan penyakit yang akan terjadi dalam waktu tertentu,sehingga manfaatnya dapat memudahkan kita untuk meakukan tindakan pengendalian.
BalasHapusMenurut saya Untuk mengukur penyakit perlu di ketahui rumus yang harus digunakan secara benar,mengetahui jumlah populasi yang terkena penyakit,mengetahui luas lahan yang di gunakan,sehingga dalam mengukur kita dapat mengetahui presentase penyakit dengan benar,dapat menganalisa pekembangan penyakit yang akan terjadi dalam waktu tertentu,sehingga manfaatnya dapat memudahkan kita untuk meakukan tindakan pengendalian.
BalasHapusMenurut saya,mengukur penyakit sangat perlu karena dalam ilmu penyakit kita semua tahu bahwa patongen yang menyerang inang dapat mengakibat kurasakan bahkan kematian.
BalasHapusOleh karena itu kita dapat mengukur dengan mengunakan rumus (sigma(n x v)/(Z x N)) x 100
Serta dengan mengunakan rumus ini kita juga dapat mengetahui jumlah tanaman yang sakit dari kesuluruhan tanaman supaya dapat mengatasi perkembangan penyakit pada tanaman